This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 01 April 2014

HIKAYAT RADEN KIAN SANTANG

Kian santang adalah Tokoh tasawuf dari tanah pasundan yang ceritanya melogenda khususnya di hati masarakat pasundan dan kaum tasawuf di tanah air pada umumnya.


Tokoh kian-santang ini pertama kali berhembus di kisahkan oleh raden CAKRABUANA atau pangeran walangsungsang ketika menyebarkan islam di tanah cirbon dan pasundan.pangeran cakrabuana adalah anak dari prabu sili-wangi atau jaya dewata raja pajajaran, yang di lahirkan dari permisuri yang bernama nyai subang larang ,subang-larang sendiri anak dari mubaliq kondang yaitu syeh maulana-hasanudin atau terkenal dengan syeh kuro krawang

Mulanya yaitu ,Ketika raden walangsungsang memilih untuk pergi meninggalkan galuh pakuan atau pajajaran ,yang di sbeapkan oleh keberbedaan haluan dengan keyakinan ayahnya yang memeluk agama ”shangyang” , diriwayatkan beliau berkelana mensyi’arkan islam bersama adiknya yaitu rara santang (ibu dari syarif hidayatullah atau ”sunan gunung jti”).dengan membuka perkampungan di pesisir utara yang menjadi cikal-bakal kerajaan cirebon atau kasunanan cirebon yang sekarang adalah ”cirebon”

Senin, 20 Januari 2014

Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Dunia

Dialah yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya.
Dunia Islam memanggilnya dengan nama Ibnu Sina. Namun di kalang an orangorang Barat, ia dikenal dengan panggil an Avicenna. Ia merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter pada abad ke-10. Selain itu, Ia juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif.
Dan sebagian besar karyanya adalah tentang filsafat dan pengobatan. Bagi banyak orang,Ibnu Sina adalah Bapak Pengobatan Modern. Selain itu, masih banyak lagi sebutan lainnya yang ditujukan padanya, terutama berkaitan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 H/ 980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di wilayahUzbekistan saat ini. Ayahnya yang berasal dari Balkh Khorasan adalah seorang pegawai tinggi pada masa Dinasti Samaniah (204-395 H/819-1005 M).
Sejak kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan kepandaian yang luar biasa. Di usia 5 tahun, ia telah belajar menghafal Alquran. Selain menghafal Alquran, ia juga belajar mengenai ilmu-ilmu agama. Ilmu kedokteran baru ia pelajari pada usia 16 tahun. Tidak hanya belajar mengenai teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit dan melalui perhitungannya sendiri, ia juga menemukan metode-metode baru dari perawatan.
Profesinya di bidang kedokteran dimulai sejak umur 17 tahun. Kepopulerannya sebagai dokter bermula ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah. Banyak tabib dan ahli yang hidup pada masa itu tidak berhasil menyembuhkan penyakit sang raja.
Sebagai penghargaan, sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, paling tidak untuk sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Tapi Ibnu Sina menolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin untuk mengunjungi sebuah perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Siapa sangka, dari sanalah ilmunya yang luas makin bertambah.
Ibnu Sina selain terkenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan kedokteran, ia juga ahli dalam bidang matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi. Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan.
Tak hanya itu, ia juga mendalami masalah-masalah fikih dan menafsirkan ayat-ayat Alquran. Ia banyak menafsirkan ayat-ayat Alquran untuk mendukung pandangan-pandangan filsafatnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal. Setelah kematian ayahnya ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu dan mencari ilmu yang baru. Tempat pertama yang menjadi tujuannya setelah hari duka itu adalah Jurjan, sebuah kota di Timur Tengah. Di sinilah ia bertemu dengan seorang sastrawan dan ulama besar Abu Raihan Al-Biruni. Ia kemudian berguru kepada Al-Biruni.

Jumat, 10 Januari 2014

SEPOTONG HATI YANG BARU

Aku menghela nafas perlahan, bertanya perlahan, berusaha memutus suasana canggung lima menit terakhir, “Apa kau baik-baik saja?”

Alysa mengangkat kepalanya, mengangguk.

“Apa kau baik-baik saja,” Alysa balik bertanya pelan.

Aku tertawa getir. Menggeleng.

Diam sejenak. Sungguh hatiku tidak baik-baik saja.

Bulan purnama menggantung di angkasa. Senyap? Sebenarnya tidak juga. Suara debur ombak menghantam cadas di bawah sana terdengar berirama. Tetapi pembicaraan ini membuat sepi banyak hal. Hatiku. Mungkin juga hati Alysa. Rumah makan yang terletak persis di jurang pantai eksotis ini tidak ramai. Hanya terlihat satu dua pengunjung, membawa keluarga mereka makan malam. Bukan musim liburan, jadi sepi. Kami duduk berhadapan di meja paling pinggir. Menyimak selimut gelap lautan di kejauhan.

“Maafkan aku.” Alysa menggigit bibir. Tertunduk lagi.

Aku menatap wajahnya lamat-lamat.

“Tidak ada yang perlu dimaafkan. Semua sudah berlalu. Tertinggal jauh di belakang.” Aku menelan ludah. Berusaha menjawab bijak—aku tahu itu bohong, pura-pura bijaksana.

Hening lagi sejenak.

”Sungguh maafkan aku,” Alysa menyeka sudut-sudut matanya, ”Aku tidak pernah tahu akan seperti ini jadinya.”

Aku menggeleng, “Kau tidak harus minta maaf, meskipun seharusnya kau tahu, sehari setelah kau memutuskan pergi, aku lelah membujuk hatiku agar tegar, tetapi percuma. Menyakitkan. Semua itu membuat sesak. Kalimat itu mungkin benar, ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu. Alysa, kau pergi. Dan kau bahkan membawa lebih dari separuh hatiku.”

Ombak menghantam cadas semakin kencang. Bulan purnama di atas sana membuat lautan malam ini pasang. Lautan yang kosong sepanjang mata memandang, menyisakan kerlip kapal nelayan atau entahlah di kejauahan. Jemari Alysa terlihat sedikit gemetar memainkan sendok-garpu.

“Kau tahu, aku melalui minggu-minggu menyedihkan itu. Dan yang lebih membuat semuanya terasa menyedihkan, aku tidak pernah mengerti mengapa kau pergi. Sesungguhnya aku tidak pernah yakin atas segalanya, aku tidak pernah baik-baik saja. Enam bulan berlalu, hanya berkutat mengenangmu. Mendendang lagu-lagu patah-hati, membaca buku-buku patah-hati. Hidupku jalan di tempat.”

“Maafkan aku.” Suara Alysa bahkan kalah dengan desau angin, matanya mulai basah menahan tangis.

“Tidak ada yang perlu dimaafkan.” Aku mendongak keluar, menatap purnama. Berusaha mengusir rasa sesak yang tiba-tiba menyelimuti hati. Sudahlah. Buat apa diingat lagi. Kemudian kembali menatap wajah Alysa, tersenyum, “Kau tahu, di tengah semua kesedihan itu, setidaknya saat itu aku akhirnya menyadari, aku tidak akan pernah bisa melanjutkan hidup dengan hati yang hanya tersisa separuh. Tidak bisa. Hati itu sudah rusak, tidak utuh lagi. Maka aku memutuskan membuat hati yang baru. Ya, hati yang benar-benar baru.”

Hening lagi sejenak.

Alysa mengangkat kepalanya, bertanya ragu-ragu, cemas, “Apakah di hati yang baru itu masih tersisa namaku?”

CINTA KOPI PANAS

Disuatu pagi yang cerah, jam weker yang berada diatas meja membunyikan suaranya yang amat keras sehingga membangunkan Via. Seorang cewek yang sedang tertidur pulas karena begadang semalaman. Dengan terburu-buru Via pun segera mandi karena jam sudah menunjukkan pukul 06.30 dan dia teringat dengan janjinya. Setelah selesai mandi dan sarapan pagi Via pun bergegas berangkat kesekolah. Sesampainya di sekolah Via langsung berlari menuju koridor sekolah dan disana telah menunggu seorang anak laki-laki.
“Maaf-maaf” kata Via sambil terengah-engah nafasnya.
“Kamu sudah terlambat 15 menit dari janjimu !!! seharusnya kamu datang lebih awal.” Kata seorang pria yang berada didepan Via yang terlihat agak marah.
“Kan aku sudah minta maaf” kata Via dengan muka bersalah.
“Tet..tet..tet” bel tanda masuk sekolah pun berbunyi. “Ayo masuk” ucap Via kepada seorang laki-laki tersebut, Kiki namanya. Kiki pun hanya menjawabnya dengan senyuman. Sejak itulah mereka berdua bertambah dekat.
Sekarang Kiki mempunyai rutinitas setiap malam, yaitu mengajari Via untuk belajar. Karena orang tua Via menyuruh Kiki untuk mengajari Via belajar.
***
Semakin lama, diantara mereka tumbuh rasa suka dan benih-benih cinta menancap diantara mereka.
Pada malam minggu, waktunya Kiki untuk mengajari si Via belajar matematika.
“Kerjakan soal halaman 45 ya” ucap Kiki
“Ok, mas bos” jawab si Via dengan lantang.
Via pun mulai mengisi soal demi soal. Namun pada soal nomor 7 ia kebingungan, sambill menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal ia terdiam begitu lama.
“Kenapa Via ?” tanya Kiki
“Aku bingung, kenapa x bisa menjadi 4, terus y jadi berapa ?” jawab Via. Kikipun hanya diam dan tidak merespon pertanyaan cewek cerewet itu.
“Jadi berapa ?” bentak Via dengan jengkel
“Kita jadian yuk” ucap Kiki dengan nada lembut.
Suara itu pun terdengar jelas ditelinga Via dan Via pun terdiam sejenak sambil menatap mata kaki. Mereka berdua pun saling bertatap mata hingga akhirnya si Via pun menjawab dengan nada manja dan malu-malu
“Iya,, aku mau” jawab Via
Dan akhirnya mereka pun jadian, hari – hari yang mereka lalui sangat bahagia.

Minggu, 22 Desember 2013

Gugur

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belumlagi selusin tindak
mautpun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
” Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang.”
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata :
“Lihatlah, hari telah fajar !
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya !
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menacapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata :
-Alangkah gemburnya tanah di sini!”

Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya

WS. Rendra

Hai, Kamu !

Luka-luka di dalam lembaga,
intaian keangkuhan kekerdilan jiwa,
noda di dalam pergaulan antar manusia,
duduk di dalam kemacetan angan-angan.
Aku berontak dengan memandang cakrawala.

Jari-jari waktu menggamitku.
Aku menyimak kepada arus kali.
Lagu margasatwa agak mereda.
Indahnya ketenangan turun ke hatiku.
Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku.

WS. Rendra 

Jakarta, 29 Pebruari 1978
Potret Pembangunan dalam Puis

Aku Tulis Pamplet Ini

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng – iya – an
Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

 WS. Rendra

Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi